Senin, 11 Mei 2015

ASPEK EKONOMI DAN FINANSIAL

   Aspek Finansial
            Manajemen Keuangan merupakan salah satu fungsi yang penting (strategik) bagi keberhasilan perusahaan. Hampir semua kejadian penting dalam perusahaan mengandung aspek keuangan, misalnya keputusan mengenai penambahan suatu lini produk baru, memperluas kapasitas, menambah mesin pabrik, menjual tambahan surat berharga, mengadakan perjanjian leasing, pembagian dividen, dan membeli kembali saham perusahaan. Semuanya merupakan contoh peristiwa yang tidak terlepas dari aspek keuangan. Pengelolaan dana suatu perusahaan sangatlah penting artinya agar dapat digunakan sesuai kebutuhan. Bukanlah hal yang mustahil kalau ada suatu perusahaan yang dapat meningkatkan penjualan, tetapi mengalami kesulitan uang karena arus kas masuk yang diterimanya tidak mencukupi untuk membeli bahan baku atau membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo  (Binus, 2011).
            Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yg bertujuan untuk membuat keputusan investasi, pendanaan dan dividen (Usu, 2007). Penelitian aspek marketing ini bertujuan untuk mengidentifikasi hasil produk yang dibutuhkan konsumen dan mengukur besarnya kebutuhan tersebut. Kemudian dilakukan pengukuran besarnya demand terhadap produk tersebut dengan melakukan peramalan (forcasting) (Elib Unikom, 2008). Aspek finansial dan ekonomi merupakan suatu faktor terpenting dalam suatu perusahaan, kedua aspek tersebut berperan dalam hal investasi awal, penanaman modal, profit serta jenis-jenis pengeluaran dan pemasukkan lainnya (Kelompok 2, 2012).
1.2.      Metode Analisis Investasi
            Terdapat banyak motede yang digunakan untuk menilai kelayakan ekonomi suatu usaha investasi. Beberapa metode yang sering digunakan adalah terdiri dari enam motede, diantaranya metode nilai sekarang, nilai tahunan, nilai yang akan datang, periode pengembalian modal, rasio manfaat dan biaya serta tingkat suku bunga pengembalian modal (Mercubuana, 2009).
1.2.1        Metode Ekivalensi Nilai Sekarang (Present Worth Analysis) atau dikenal dengan isitilah umum PNV (Net Present Value)
Metode net present value (nilai sekarang neto) adalah metode penilaian investasi yang menggunakan discounted cash flow, atau metode yang mempertimbangkan nilai waktu uang pada aliaran kasyang terjadi. Pengertian dari nilai sekarang netto (disingkat NPV) adalah selisih netto antara nilai sekarang aliran kas masuk dan aliran kas keluar (Miswanto, 1998).
Motede ini didasarkan pada nilai sekarang bersih yang diperoleh dari perhitungan nilai sekarang aliran dana masuk (penerimaan) dan nilai sekarang aliran dana keluar (pengeluaran) selama jangka waktu analisis dan suku bunga tertentu (Mercubuana, 2009). Metode NPV merupakan model yang memperhitungkan pola cash flow keseluruhan dari suaitu investasi dalam kaitannya dengan waktu berdasarkan discount rate tertentu (Universitas Terbuka, 2011). Pengertian lain mengenai metode yaitu merupakan metode yang memperhitungan nilai sekarang dengan memeprhitungan pola aliran kas dari suatu investasi proyek (Kelompok 2, 2012).

Kriteria nilai sekarang neto didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas nilai sekarang. Dengan mendiskonto semua aliran kas masuk dan keluar semua umur proyek  ke (investasi) nilai sekarang, kemudian menghitung angka neto maka akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama yaitu harga (pasar) saat ini. Aliran kas proyek (investasi) yang dikaji meliputi keseluruhan, yaitu biaya pertama, operasi, produksi, pemeliharaan dan lain-lain pengeluaran  Rumus untuk yang digunakan berdasarkan metode ini adalah sebagai berikut (Mercubuana, 2007):
Dimana:
NPV    = Nilai sekarang neto
(C) t     = Aliran kas masuk tahun ke t
(Co)t    = Aliran kas keluar t
n          = Umur unit usaha hasil investasi
i           = Arus pengembalian (rate of return)
t           = Waktu
            Kelebihan dari metode NPV adalah dapat memasukkan nilai faktor waktu terhadap uang serta mempertimbangkan semua aliran kas proyek. Disamping itu, metode ini juga dapat mengukur besaran absolute, bukan relatif sehingga mudah dalam mengikuti kontribusinya dalam usaha meningkatkan kekayaan perusahaan atau pemegang saham (Mercubuana, 2007).
1.2.2        Metode Periode Pengembalian Modal (Payback Period)
Periode pengembalian adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (Net). Periode pengembalian biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun (Mercubuana, 2007). Metode pengembalian yang sering disebut dengan metode pembayaran sederhana menunjukkan likuiditas proyek dan bukan kemampuan labanya. Metode pengembalian telah digunakan sebagai ukuran tingkat rasio suatu proyek, karena likuiditas berhubungan dengan berapa cepat suatu investasi dapat dikembalikan. Periode pengembalian yang cepat merupakan sesuatu yang diinginkan.  Secara sederhana metode pengembalian menghitung jumlah tahun yang diperlukan untuk atrus kas masuk agar sama dengan arus kas keluar (Paul, 1999). Pengertian lain mengenai metode ini adalah suatu metode yang menganalisis seberapa cepat suatu modal investasi dapat segera dikembalikkan (Kelompok 2, 2012).
Metode ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya merupakan metode yang sederhan, perhitungannya yang tidak sulit serta meberikan pengertian yang mudah tentang waktu pengembalian modal. Bagi proyek yang memiliki resiko semakin lama semakin tinggi atau perusahaan yang peka terhadap masalah likuiditas pada masa awal investasi, dengan mengetahui kapan pengembalian modal selsai akan amat membantu untuk memutuskan disetujui atau tidaknya proyek tersebut. Jadi, berlaku seperti indeks resiko bagi investor. Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relative cepat berubah using, perlu diketahui kapan dicapainya periode pengembaliannya (Mercubuana, 2007).
Masalah-masalah atau keterbatasan dari metode payback period adalah tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesuadh periode pengembalian selesai. Metode payback period ini tidak mempertimbangkan nilai waktu terhadap uang serta tidak memberikan indikasi profitabilitas dari unit usaha hasil proyek (Mercubuana, 2007).
1.2.3        Metode Tingkat Bunga Pengembalian Modal atau leibih dikenal dengan Internal Rate of Return Method (IRR)
Metode ini merupakan metode tingkat pengembalian yang paling luas digunakan untuk menjalankan analisis ekonomi teknik. Metode ini member solusi untuk tingkat bunga yang menunjukkan persamaan dari nilai ekivalen dari arus kas masuk (penerimaan atau pengehematan) pada nilai ekivalen arus kas keluar (pembayaran, termasuk biaya investasi) (Paul, 1999).  IRR juga merupakan suatu nilai petunjuk yang identik dengan seberapa besar suku bunga yang dapat diberikan oleh investasi tersebut dibandingkan dengn suku bunga bank pada umumnya (Mercubuan, 2009). Definisi lain menjelaskan bahwa metode ini merupakan metode yang memperhitungan besaran pengembalian modal oleh suatu investasi yang dibandingkna dengan suku bunga yang berlaku pada umumnya (Kelompok 2, 2012). Syarat kelayakannya adalah apabila IRR lebih besar dari suku bungan MARR, untuk menghitung nilai IRR dapat menggunakan rumus coba-coba sebagai berikut (Mercubuana, 2009):
IRR = i1 – NPV1 * (i1-i2) (NPV2-NPV1)
            Menganalisis usulan proyek dengan IRR memberikan petunjuk yaitu apabila IRR lebih besar dari arus pengembalian yang diinginkan, maka proyek diterima. Apabila suatu proyek mempunyai IRR lebih besar daripada biaya dana maka proyek diterima. Ini berarti proyek menguntungkan karena ada kelbihan dana bagi shareholder setelah dana yang dihasilkan proyek digunakan untuk membayar modal. Namun apabila IRR lebih kecil daripada arus pengembalian yang diinginkan maka proyek ditolak (Mrecubuana, 2007).
1.3              Break Event Point (BEP)
Break even point adalah volume penjualan dimana penghasilannya (revenue) tepat sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian (Riyanto, 2010). BEP juga dapat didefinisikan sebagai titi impas dalam hal unit yang dihasilkan dan biaya yang diperoleh tanpa mengalami keuntungan maupun kerugian (Kelompk 2, 2012). Break event point menyatakan volume penjualan dimana total pengahasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak juga memperoleh kerugian. Asumsi dasar dalam break event  antara lain adalah sebagai berikut (Mercubuana, 2008):
1.    Biaya dapat diklasifikaiskan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap.
2.    Total biaya variabel berubah secara proposional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total biaya variabel perunit tetap konstan.
3.    Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan
4.    Harga jual perunit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.
5.    Perusahaan hanya membuat dan menjual satu produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan penjualan antar masing-masing produk akan tetap konstan
6.    Kapasitas produksi pabrik relatif konstan
7.    Harga faktor produksi relatif konstan
8.    Efesiensi produksi tidak berubah
9.    Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti
10.Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya
DAFTAR PUSTAKA
Degarmo, E.Paul. 1999. Ekonomi Teknik. PT. Prenhallindo: Jakarta.
Miswanto dan Widodo, Eko. 1998. Manajemen keuangan 1. Universitas Gunadarma. Jakarta.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-dasar Pembenajaan Perusahaan Ekonomi dan Bisnis. Universitas Gadjahmada. BPFE. Yogyakarta.
http://Elib.unikom.ac.id
http://mercubuana.ac.id
http://USU.ac.id
copied by : http://wwwirfiamelia.blogspot.com/2013/12/aspek-ekonomi-dan-finansial.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar